Rabu, 04 Mei 2011

RPP TAFSIR 2010/2011

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2009/2010


Satuan pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/ganjil
Materi pembelajaran : Surat al-Taubat: 60
Alokasi waktu : 1 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-Taubat: 60

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-Taubat: 60 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-Taubat: 60
dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-Taubat: 60
beserta kosakatanya

5. Materi pokok : Surat al-Taubat: 60


6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-Taubat: 60

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad ibnu Sholih al-‘Utsaimin)

: Tafsir Ibnu Katsir
8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................





No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1











2




Tuliskan surat al-Taubat: 60











Menjelaskan tentang kandungan surat al-Taubat: 60



                        
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana

Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran




H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, M.A

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2009/2010


Satuan pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/ganjil
Materi pembelajaran : surat al-Nur: 56
Alokasi waktu : 1 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-Nur: 56

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-Nur: 56 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-Nur: 56 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-Nur: 56
beserta kosakatanya

5. Materi pokok : surat al-Nur: 56


6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-Nur: 56

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir

8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................





No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1







2




Tuliskan surat al-Nur: 56







Menjelaskan tentang kandungan surat al-Nur: 56



   •     
Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Ayat di atas menjelaskan tentang perintah Shalat, Zakat, dan juga perintah mentaati Rasul, karena hal di atas itulah seseorang akan mendapatkan rahmat-Nya

Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran




H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, M.A




















Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pembelajaran : surat al-Baqarah: 267-268
Alokasi Waktu : 2 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-Baqarah: 267-268

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-Baqarah: 267-268 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-Baqarah: 267-268 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-Baqarah: 267-268 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : Surat al-Baqarah: 267-268

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-Baqarah: 267-268

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir


8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................







No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1
















2




Tuliskan surat al-Baqarah: 267-268
















Menterjemahkan surat al-Baqarah: 267-268

                           •             •       
*Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
*Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.

**Balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di dunia.



Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, MA

Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pembelajaran : surat al-An'am: 141
Alokasi Waktu : 2 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-An'am: 141

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-An'am: 141dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-An'am: 141 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-An'am: 141 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : surat al-An'am: 141

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-An'am: 141

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir


8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................








No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1













2




Tuliskan surat al-An'am: 141













Menterjemahkan surat al-An'am: 141
   • •   • •   • •                      
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.



Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, MA







Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pembelajaran : surat al-An'am: 141
Alokasi Waktu : 1 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-Taubah: 103

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-Taubah: 103 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-Taubah: 103 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-Taubah: 103 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : Surat al-Taubah: 103

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-Taubah: 103

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad Ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir


8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................








No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1






2




Tuliskan surat al-Taubah: 103






Menterjemahkan surat al-Taubah: 103 dan menjelaskannya           •        
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan* dan mensucikan** mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

*Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda
**Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.



Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, MA









Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pembelajaran : surat al-Nisa: 5
Alokasi Waktu : 1 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-Nisa: 5

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-Nisa: 5 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-Nisa: 5 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-Nisa: 5 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : surat al-Nisa: 5

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-Nisa: 5

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad Ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir


8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................








No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1






2




Tuliskan surat al-Nisa: 5






Menterjemahkan surat al-Taubah: 103 dan menjelaskannya                • 
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya*, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

* Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.



Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, MA











Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pembelajaran : surat al-Rum: 39
Alokasi Waktu : 2 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-Rum: 39

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat al-Rum: 39 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-Rum: 39 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-Rum: 39 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : surat al-Rum: 39

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-Rum: 39

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad Ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir


8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................








No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1








2




Tuliskan surat al-Rum: 39








Menterjemahkan surat al-Rum: 39 dan menjelaskannya        ••                
Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).




Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, MA










Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/Ganjil
Materi Pembelajaran : surat Ali Imran: 85
Alokasi Waktu : 1 x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat Ali Imran: 85

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan surat Ali Imran: 85 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat Ali Imran: 85 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat Ali Imran: 85 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : surat Ali Imran: 85

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat Ali Imran: 85

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad Ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
: Tafsir Ibnu Katsir


8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................








No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1




2




Tuliskan surat Ali Imran: 85




Menterjemahkan surat Ali Imran: 85 dan menjelaskannya              

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.




Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2009
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran



H. Agus Sugianto, S.Ag Jamaludin, MA















Satuan Pendidikan : MA Darunnajah
Mata Pelajaran : Tafsir
Kelas/Semester : XII/ganjil
Materi Pembelajaran : Surat al-taubah 123
Alokasi Waktu : 1x 40


1. Standar Kompetensi : Memahami isi kandungan alqur’an surat al-taubah 123

2. Kompetensi Dasar : Menjelaskan isi kandungan al-taubah 123 dan menjelaskan kosakata ayat tersebut.

3. Tujuan Pembelajaran : Mampu menjelaskan isi kandungan surat al-taubah 123 dan menjelaskan kosakata yang ada pada ayat tersebut

4. Indikator : Menjelaskan isi kandungan surat al-taubah 123 beserta kosakatanya

5. Materi pokok : Surat al-taubah 123

6. Strategi pembelajaran :
a) Kegiatan awal : memberi salam, menyapa dan mengabsen siswa, memulai pelajaran dengan membaca basmalah.

b) Kegiatan inti : Membacakan ayat al-qur’an surat al-taubah 123

c) Kegiatan akhir : Menyimpulkan materi bersama-sama

7. Sumber belajar/ Bahan : al-Ilmam bi ba’dli ayat al ahkam (Syekh Muhammad ibnu Sholih al-‘Utsaimin)
Tafsir Ibnu Katsir
8. Penilaian
a) Jenis tagihan : Pertanyaan lisan, Pengoreksian catatan
b) Bentuk : Soal-soal, pemeriksaan catatan siswa
c) soal.................










No
Butir-butir soal
Kunci jawaban

1













2




Tuliskan surat al-taubah 123













Menjelaskan kandungan dan menterjemahkan surat al-taubah 123?



             •    
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.


Menjelaskan tentang memerangi orang-orang-orang kafir yang memerangi kita





Mengetahui; Jakarta, 20 juli 2010
Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran




H. Hasyim Sya'ban, S.PdI Jamaludin Sholihin, M.A

RPP FIQH f2010/11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Bersuci dan hikmahnya
Alokasi waktu : 4 x 40

1. Standar Kompetensi
Membiasakan bersuci (Thaharah) dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan makna Thaharah, dan ketentuan-ketentuan Thaharah
- Membedakan antara hadas, najis, dan kotor.
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui makna Thaharah, dan ketentuan-ketentuan Thaharah
- mengetahui dan dapat membedakan antara hadas, najis, dan kotor.
4. Indikator
- Menjelaskan pengertian Thaharah, dan ketentuan-ketentuan Thaharah
- mempraktekkan tata cara Thaharah
5. Materi pokok
Bersuci dan hikmahnya
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
- Bertanya kepada siswa tentang makna Thaharah, dan ketentuan-ketentuan Thaharah, serta perbedaan antara hadas, najis, dan kotor.

b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi pengertian Thaharah, hadas, najis.
-mengidentifikasikan macam-macam hadas dan memberikan contohnya
- menjelaskan perbedaan kotor, dan najis
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar dapat mengambil hikmah bersuci
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
Buku mata Pelajaran, kamus bahasa Arab – Indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal






No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1


2 Apa yang dimaksud thaharah?


Sebutkan macam-macam thaharah serta jelaskan!
Thaharah adalah: bersuci yakni menghilangkan najis/kotoran yang terdapat di badan, pakaian/tempat.
1. thaharah dzohirah: terdapat pada badan, pakaian dan tempat, membersihkannya dengan cara mandi, berwudlu,tayammum
2. thaharah bathinah: terdapat pada hati membersihkannya dengan membersihkan dari sifat riya hasud dan lain-lain
3


4

Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan.
Jakarta,18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA





RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : jinabat (mandi wajib)
Alokasi waktu : 4 x 40

1. Standar Kompetensi
memahami tata cara mandi wajib setiap berhadas besar
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan mandi wajib
- Membedakan antara madzi, wadi, dan mani
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui tata cara mandi wajib
- mengetahui dan dapat membedakan antara madzi, wadi, dan mani
4. Indikator
- mampu menjelaskan tentang madzi, wadi dan mani
- mampu mejjelaskan tata cara mandi wajib
- mempraktekkan tata cara mandi wajib
5. Materi pokok
Jinabat (mandi wajib)
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
- Bertanya kepada siswa tentang jinabat, madzi, wadi, dan mani

b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tata cara mandi wajib
- menjelaskan perbedaan madzi, wadi dan mani
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
Buku mata Pelajaran, kamus bahasa Arab – Indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)










c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1

2 Apa yang dimaksud mandi besar?

Tulislah dalil al-qur'an tentang kewajiban mandi besar bagi orang dalan keadaan jinabat!
Mandi yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hadas besar
                                              
dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (al-Maidah: 6)
3


6







Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan.
Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA

































RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Berwudlu dan Tayammum
Alokasi waktu : 2 x 40

1. Standar Kompetensi
Membiasakan berwudlu sesuai tuntunan Rasul
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan berwudlu
- menghafal dalil-dali tentang wudlu
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui tata cara berwudlu
- mengetahui dalil-dalil pensyari'atan wudlu.
4. Indikator
- mampu mempraktekkan tata cara berwudlu
- mampu menghafal dalil-dalil tentang wudlu
5. Materi pokok
Berwudlu
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang tata cara berwudlu serta mempraktekkannya

b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tentang tata cara berwudlu
- menjelaskan rukun-rukun wudlu dan sunnah-sunnah wudlu
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar dapat mengambil hikmah berwudlu
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
tempat berwudlu
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1


Tulis dalil al-qur'an tentang pensyari'atan wudlu!


                                                                
6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (al-Maidah: 6)
6




Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan.
Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Shalat Jum'at
Alokasi waktu : 8 x 40

1. Standar Kompetensi
Memahami tata cara shalat dan khutbah jum'at sesuai tuntunan rasul
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat dan khutbah jum'at
- menghafal dalil-dali tentang sholat jum'at
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui tata cara shalat jum'at dan khutbah jum'at
- mengetahui dalil-dalil pensyari'atan sholat jum'at
- mengetahui tata cara khutbah jum'at (rukun dan syarat)
4. Indikator
- mampu mempraktekkan tata cara shalat dan khutbah jum'at
- mampu menghafal dalil-dalil tentang kewajiban shalat jum'at
5. Materi pokok
shalat jum'at
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang tata cara shalat dan khutbah jum'at serta mempraktekkannya
b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tentang tata cara shalat dan khutbah jum'at
- menjelaskan rukun-rukun dan syarat-syarat khutbah jum'at
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar dapat menyusun dan mempraktekkan khutbah jum'at
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal
No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1







2


Tulis dalil al-qur'an tentang pensyari'atan sholat jum'at!






Jelaskan rukun khutbah jum'at!                       



Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (al-Jumuah: 9)
1.mengucapkan alhamdulillah (pujiankepada Allah)
2. membaca shalawat nabi
3. membaca sebagian ayat al-qur'an
4.berdo'a untuk orang-orang mukmin dan muslim baik laki-laki/perempuan 6







4

Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas


Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Shalat sunnah
Alokasi waktu : 2 x 40

1. Standar Kompetensi
Membiasakan shalat sunnah
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan macam-macam shalat sunnah
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui macam-macam shalat sunnah
4. Indikator
- mampu mempraktekkan shalat-shalat sunnah
5. Materi pokok
shalat sunnah
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang macam-macam shalat sunnah dan mempraktekkannya
b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tentang macam-macam shalat
sunnah
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1



2
Sebutkan macam-macam shalat sunnah!


Siswa mempraktekkan sholat Idain

1. shalat idain: a. idul fitri
b. Idul adha
2. shalat khusufain:
a. gerhana matahari
b. gerhana bulan
3. shalat istisqa (shalat meminta turun hujan)

4



6




Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas


Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA





























RENACANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Qunut
Alokasi waktu : 2 x 40

1. Standar Kompetensi
Memahami tentang qunut
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan tentang qunut
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui dan hafal bacaan qunut
4. Indikator
- mampu mempraktekkan qunut
5. Materi pokok
Qunut
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang qunut dan mempraktekkannya
b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tentang qunut
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1

Tulislah lafadz doa qunut

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
4


Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas
Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : himah-hikmah ibadah shalat
Alokasi waktu : 1 x 40

1. Standar Kompetensi
Membiasakan shalat lima waktu
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat
- menghafal dalil-dali tentang sholat lima waktu
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui tata cara shalat lima waktu
- mengetahui dan hafal dalil-dalil pensyari'atan sholat
4. Indikator
- mampu mempraktekkan tata cara shalat lima waktu
- mampu menghafal dalil-dalil tentang printah shalat dan hikmah shalat
5. Materi pokok
hikmah-hikmah ibadah shalat
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang tata cara shalat

b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tentang tata cara shalat
- menjelaskan rukun-rukun dan syarat-syarat shalat dan hikmah shalat
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar melaksanakan shalat lima waktu
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1








2
3
Tulis dalil al-qur'an tentang pensyari'atan sholat!







Sebutkan syarat sah sholat!
Shalat apa saja yang termasuk shalat wajib (fardlu)!
                        
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-qnkabut: 45)


Syarat sah sholat adalah wudlu


Shalat subuh, dzuhur, asar, maghrib, dan Isya 6








2
2

Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas


Jakarta, 18 Juli 2010
Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA
















RENACANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Shalat berjamaah
Alokasi waktu : 1 x 40

1. Standar Kompetensi
Membiasakan shalat berjama'ah
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat berjama'ah
- menjelaskan tentang hikmah shalat berjama'ah
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui tata cara shalat berjama'ah
- mengetahui hikmah-hikmah shalat berjama'ah
4. Indikator
- mampu menjelaskan tata cara shalat berjama'ah
- mampu menjelaskan hukum shalat berjama'ah
- mampu menjelaskan syarat Imam dan ma'mum dalam shalat berjamaah
5. Materi pokok
Shalat berjama'ah
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang tata cara shalat berjama'ah dan syarat menjadi Imam dan ma'mum

b. kegiatan inti
- Membantu siswa mengidentifikasi tentang tata cara shalat berjama'ah
- menjelaskan tentang syarat-syarat menjadi Imam dalam shalat berjama'ah
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar berusaha melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama'ah
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)






c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1




2

Tulislah dalil (hadis) tentang keutamaan shalat berjama'ah!



Sebutkan syarat menjadi Imam


عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً (رواه مسلم)
Dari Ibnu Umar sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: shalat berjama'ah lebih utama dari shalat sendiri' 27 drajat

Syarat menjadi Imam: bacaan al-qur'an paling fasih (baik), memahami rukun-rukun shalat,lebih tua dari segi umur, ahlul bilad

6




2




Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas


Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Puasa Ramadhan dan Puasa Sunnah
Alokasi waktu : 4 x 40

1. Standar Kompetensi
memahami tata cara berpuasa
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan berpuasa
- menjelaskan macam-macam puasa
- Mempraktekkan puasa ramadhan
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui pengertian dan tata cara berpuasa dan mempraktekkannya
- mengetahui hikmah-hikmah shalat berjama'ah
4. Indikator
- mampu menjelaskan pengertian puasa Ramadhan
- mampu menjelaskan hukum berpuasa pada bulan Ramadhan
- mampu menjelaskan orang-orang yang boleh tidak berpuasa
5. Materi pokok
Puasa Ramadhan
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang pengertian puasa
b. kegiatan inti
-Membantu siswa mengidentifikasi tentang pengertian puasa Ramadhan
- menjelaskan tentang dalil pensyari'atan puasa ramadhan
-menjel;askan golongan orrang-orang yang diperbolehkan tidak berpuasa
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar melaksanakan puasa Ramadhan
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)





c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1


















2

Tulislah dalil pensyari'atan puasa Ramadhan

















Sebutkan golongan orang yang diperbolehkan tidak berpuasa
       ••                                        
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (al-Baqarah: 185)


orang-orang yang boleh tidak berpuasa; orang sakit, musafir (dalam perjalannan) dan mereka harus mengganti puasa yang mereka tinggalkan di hari-hari lain
6




2













4

Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas


Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA





























RENACANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Zakat
Alokasi waktu : 1x 40

1. Standar Kompetensi
memahami pengertian Zakat dan tata caranya
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan zakat
- menjelaskan macam-macam zakat
- Mempraktekkan zakat
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui pengertian dan tata cara zakat
- mengetahui hikmah-hikmah zakat
4. Indikator
- mampu menjelaskan pengertian zakat
- mampu menjelaskan hukum mengeluarkan zakat
- mampu menjelaskan orang-orang yang berhak menerima zakat
5. Materi pokok
zakat
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang pengertian zakat

b. kegiatan inti
-Membantu siswa mengidentifikasi tentang pengertian zakat
- menjelaskan tentang dalil pensyari'atan zakat
-menjelaskan golongan orrang-orang yang diperbolehkan menerima zakat
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar melaksanakan puasa Ramadhan
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)





c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1



2








Apa makna zakat secara bahasa



Tulislah dalil al-qur'an tentang pensyari'atan zakat








Secara bahasa artinya tumbuh/berkembang
orang-orang yang boleh menerima zakat adalah: orang fakir, miskin, ibnu sabil dan lain-lain (8 asnaf)



          •        
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (at-taubah:103)

4




6








Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas
Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA
.

RENACANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MA (TMI) DARUNNAJAH JAKARTA
TAHUN 2010/2011


Satuan pendidikan :
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : X/ganjil
Materi pembelajaran : Zakat
Alokasi waktu : 1 x 40

1. Standar Kompetensi
memahami tata cara zakat mal
2. Kompetensi Dasar
- Menjelaskan ketentuan-ketentuan zakat mal
- Mempraktekkan zakat mal
3. Tujuan Pembelajaran
- mengetahui hikmah-hikmah zakat mal
4. Indikator
- mampu menjelaskan hukum mengeluarkan zakat mal
5. Materi pokok
zakat
6. Metode
Mencatat, pemberian mufradat baru, penjelasan (ceramah)
7. Strategi Pembelajaraan
a. kegiatan awal
- memberi salam
-Bertanya kepada siswa tentang zakat mal
b. kegiatan inti
-Membantu siswa mengidentifikasi tentang hukum mengeluarkan zakat mal
-menjelaskan hikmah-hikmah mengeluarkan zakat mal
- Tanya jawab tentang materi
c. kegiatan akhir
- menyimpulkan materi bersama-sama
- memberikan tugas kepada para siswa agar selalu mengeluarkan zakat mal pada waktunya
8. Sumber Belajar/Bahan
- Kitab Fiqih (Depag)
- Fiqh Sunnah (sayyid Sabiq)
9. Alat dan Media
buku mata pelajaran, kamus bahasa Arab-indonesia
10. Penilaian
a. Jenis tagihan
Tes tertulis, tugas-tugas
b. Bentuk
Pertanyaan (menjawab soal-soal)
c. Soal

No Butir-butir soal Kunci jawaban Skor
1



2

Tulislah dalil yang berkenaan tentang zakat mal


Sebutkan beberapa hikmah pensyari'atan zakat mal

     
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (ad Dzariyat: 19)


Mensucikan jiwa/hati dari sifat bakhil, menjembatani antara si kaya dan miskin
4



2



Catatan:
Untuk tugas Siswa dikerjakan diluar jam pelajaran dan dikoreksi setiap latihan-latihan/tugas


Jakarta, 18 Juli 2010

Mengetahui ;
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

H. Hasyim Sya’ban, S. PdI Jamaludin, MA

tangisan yang dipuji Allah

Tangisan yang dipuji Allah
Oleh: Jamaludin Sholihin

dan tiada berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan
Menangis karena sakit mungkin masih bisa dimaklumi, dan menangis karena suatu kesedihan yang sangat dalam juga masih bisa diterima, karena Rasulullah saw sendiri pernah meneteskan airmatanya dengan nafas yang tersendat-sendat ketika menatapkan pandangan beliau ke jenazah anak Zaenab, keluarga beliau sendiri. Tetapi tangis yang terus menerus di luar kewajaran, maka Rasulullah saw karena dalam tangis itu mengandungarti keputusasaan dan dengan putus asa dapat terjebak ke dalam kekafiran, dan cenderung tidak percaya kepada rahmat allah Swt. Allah Swt berfirman dalam al-qur’an:

Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Mengapa seseorang menangis, menangis pada umumnya dikarenakan penderitaan serius yang dialaminya, mungkin karena sakit, mungkin kehilangan sesuatu yang benar-benar dicintai, baik berupa benda maupun orang, seperti suami, kekasih, anak ataupun sanak keluarga, bahkan meninggalnya seorang yang kita kenal sebagaimana meninggalnya kyai haji Abdurrahman wahid seorang ulama besar sekaligus presiden ke 4 Republik Indonesia, namun ada juga orang-orang yang secara sepontan meneteskan air matanya disebabkan menerima sesuatu kegembiraan yang sangat mengharukan.
Lantas tangisan seperti apakah yang pernah kita alami? Tentu hal itu hanya Allah dan diri sendirilah yang paling mengetahui sebab dari tangisan yang pernah kita alami......
Pada tahun ke 9 Hijriyah terjadilah apa yang disebut dengan perang Tabuk. Begitu tercium berita, bahwa tentara Rum telah siap menyerbu kaum Muslimin melalui negeri Syam, maka Rasulullah saw segera memberi komando persiapan perang dengan menyusun bala tentaranya sehingga tersusunlah kekuatan sebanyak 30.000 personol pasukan kaum Muslimin. Pasukan ini terkenal dengan sebutan “Jaisyul Usrah” sebab waktu itu musim panas yang sangat menyengat dan karena panas ini kaum munafik yang dipelopori oleh Abdullah ibnu Ubay rewel di tengah jalan dan meminta pulang kembali, yang akhirnya diizinkan oleh Rasulullah saw.
Sementara itu ada 7 orang sahabat Rasulullah saw yang sangat berhasrat ikut maju ke medan perang Tabuk ini. Diantara 7 orang sahabat tersebut adalah: Salim ibnu Umair, Utbah ibnu Zaid, Abu laila, Amru ibnu Humam, Abdullah ibnu Sariyah, Abdullah ibnu Mughaffal, Harami ibnu Abdillah dan Irbad ibnu Sariyah. Mereka ini orang-orang miskin harta, tetapi mempunyai semangat jihad fisabilillah yang sangat tinggi dan luar biasa. Maka menjelang keberangkatan pasukan kaum Muslimin ke medan perang, ketujuh orang sahabat ini menghadap kepada Rasulullah saw memohon untuk ikut diberangkatkan ke medan peperangan, namun mereka tidak mempunyai kendaraan apa-apa, sedangkan jarak tempuh dari Madinah ke negeri Syam (kini Suriyah) sangatlah jauh, apalagi saat itu musim panas, sehingga tidak mungkin ditempuh dengan berjalan kaki.
Berhubung persediaan kendaraan tidak ada, maka dengan berat hati rasulullah saw mengatakan kepada ketujuh orang sahabat tersebut, bahwa beliau tidak bisa membawa mereka ke medan jihad fi sabilillah. Kemudian ketujuh orang Sahabat tersebut pulang dan menangis dengan perasaan yang benar-benar sedih. Dari peristiwa inilah turun ayat al-qur’an yakni surat al-Taubah: 92.

dan tiada berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan) Maksudnya: mereka bersedih hati karena tidak mempunyai harta yang akan dibelanjakan dan kendaraan untuk membawa mereka pergi berperang(
karena luhurnya jiwa dan semangat jihad fisabilillah itu , maka peristiwa tersebut diabadikan dalam al-qur’an. Orang-orang yang sangat dipuji Allah ini tetap tidak kendor semangatnya, walaupun kaum munafik telah berusa menghambat dan menakuti-nakutinya bahwa perjalanan dari Madinah ke Syam benar-benar sangat jauh dan panas, maka diperingatkan oleh Allah bahwa neraka jahannam jauh lebih panas daripada udara dalam perjalanan tersebut, sebagaimana Allah singgung dalam al-qur’an surat al-Taubah:81,

orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas" jika mereka mengetahui.
maka ketujuh orang sahabat tersebut tetap ingin sekali maju ke medan jihad fi sabilillah, naumn karena tidak kesampain mereka menangis.
Tangis yang amat langka, namun sangat terpuji dihadapan Allah serta tercatat dengan tinta emas dalam al-qur’an ialah tangisan hamba-hamba Allah yang sangat alim lagi Sholeh. Mereka menangis dalam sholat mereka. Allah berfirman dalam surat al-Isra:109

dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.
Bukhori Muslim mencatat bahwa ada tujuh orang yang akan mendapatkan lindungan dari Allah SWT dihari kiamat nanti, salah satunya adalah orang yang dzikir kepada Allah di tempat yang hening dengan khusu’nya hingga air mata bercucuran karena menangis.
Alangkah indahnya seandainya kita menjadi hamba yang terpuji seperti itu, dan kita berharap kepada Allah SWT semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik dan hidayah-Nya sebagaimana mereka. Amin ya rabbal ‘alamin

Minggu, 15 Februari 2009

Renungan

Kejujuran sebagai kontrol diri dalam segala aktifitas
Oleh: Jamaludin Sholihin

Seorang pengusaha sukses akan mencari seseorang yang dapat dipercayai untuk mengambil alih bisnisnya karena usianya yang semakin tua. Ia memutuskan untuk tidak menyerahkan perusahaannya kepada anak-anaknya maupun para direktur di perusahaan. Ia mau melakukan sesuatu yang berbeda.
Ia memanggil sebagian pegawainya di perusahaannya dan berkata, "Sudah tiba waktunya untuk saya mengundurkan diri dan memilih seorang pengganti dari antara kalian.". Para pegawai itu terkejut tapi bos mereka melanjutkan. "Saya akan memberikan setiap dari Anda satu benih hari ini - benih yang sangat spesial. Saya mau Anda menanam benih ini, menyiramnya dan datang kembali kepada saya satu tahun dari hari ini dengan membawa tumbuhan yang bertumbuh dari benih yang akan saya berikan ini. Saya akan menilai tumbuhan yang Anda bawakan, dan saya akan memilih orang yang akan menggantikan saya."
Salah seorang dari bawahannya, Jim juga termasuk yang diberikan benih dan sama seperti yang lainnya, ia pulang dan dengan penuh semangat memberitahu istrinya seluruh kisah itu. Istrinya membantunya mencari pot, tanah dan pupuk dan Jim menanam benih itu. Setiap hari tanpa gagal, ia akan menyiramnya dan memerhatikan apakah benihitu sudah bertumbuh. Setelah sekitar tiga minggu, teman-temannya yang lain mulai bercerita tentang benih-benih mereka yang sudah bertunas dan semakin membesar. Jim terus mengecek benihnya tetapi sama sekali tidak ada perubahan. Tiga minggu, empat minggu, lima minggu berlalu, tetapi masih saja tidak terjadi apa-apa. Setiap hari, teman-teman yang lain berbicara tentang perkembangan tanaman mereka, tetapi Jim tidak mempunyai sesuatu untuk dibicarakan. Ia merasa seperti seorang pecundang.
Enam bulan sudah berlalu dan masih tidak ada tanda-tanda kehidupan di pot. Jim tahu ia telah membunuh benih itu. Semua yang lain sudah mempunyai pohon dan tumbuh-tumbuhan yang besar, tetapi ia tidak mempunyai apa-apa. Jim tidak berkata apa-apa kepada teman-temannya. Tetapi ia tetap setia menyiram dan memberi pupuk kepada benih itu. Ia begitu menginginkan benih itu untuk bertumbuh.
Akhirnya satu tahun sudah berlalu dan semua pegawai perusahaan itu membawa tanaman mereka untuk diperlihatkan kepada bos mereka. Jim memberitahu istrinya bahwa ia tidak akan membawa potnya yang sama sekali tidak ada tanda kehidupan. Tetapi istrinya memintanya untuk bersikap jujur tentang apa yang telah terjadi. Jim tahu hari itu akan menjadi detik-detik yang paling memalukan dalam hidupnya, namun di sisi lain ia juga tahu bahwa apa yang dikatakan istrinya itu benar. Ia membawa potnya yang kosong dan masuk ke ruang rapat. Saat ia masuk ke ruangan ia begitu ditakjubkan melihat pelbagai tanaman yang dibawa oleh teman-temannya yang lain. Semuanya kelihatan begitu indah - dalam semua bentuk dan ukuran. Melihat potnya beberapa dari koleganya tertawa, dan beberapa mengasihaninya
ketika bosnya tiba, ia memandang ke seluruh ruangan dan menyapa semua pegawainya. Jim berusaha untuk menyembunyikan dirinya di belakang koleganya. sang bos tadi yang akan menyerahkan kepemimpinan perusahaannya. Memuji usaha para pegawainya dan mengatakan "Hari ini salah satu dari kalian akan dilantik menjadi ketua pimpinan perusahaan ini!"
Tiba-tiba sang bos melihat Jim di pojok ruangan bersama potnya yang kosong. Ia memerintahkan direktur keuangan untuk membawa Jim ke depan. Jim ketakutan. Ia membatin, "Bos pasti berpikir bahwa saya ini seorang pecundang! Mungkin ia akan memecat saya!" Saat sudah berada di depan, sang bos bertanya apa yang telah terjadi dengan benihnya. Jim dengan jujur menceritanya apa yang terjadi. Bos lalu meminta semua orang duduk kecuali Jim. Ia memandang pada Jim dan mengumumkan kepada semua orang, "Inilah Pemimpin Perusahaan kita yang baru!" Jim nyaris tidak percaya. Ia tidak berhasil membuat benih itu bertumbuh. Bagaimana mungkin ia dinobatkan menjadi pemimpin baru perusahaan itu!
Lalu sang bos berkata, "Satu tahun yang lalu, saya memberikan setiap dari Anda satu benih. Saya menyuruh Anda menanam benih itu dan membawanya kembali kepada saya hari ini. Tetapi saya telah memberi Anda semua benih-benih yang telah saya masukkan ke dalam air mendidih; benih-benih itu mati - sama sekali tidak mungkin untuknya bertumbuh. Semua dari Anda kecuali Jim membawakan saya pohon-pohon, tanam-tanaman dan bunga-bunga. Di saat Anda melihat bahwa benih itu tidak bertumbuh, Anda telah menggantinya dengan benih yang lain. Hanya Jim yang merupakan satu-satunya orang yang memiliki keberanian dan kejujuran untuk membawakan satu pot berisi benih yang saya berikan. Dengan demikian, ia lah orang yang akan saya tunjuk menjadi pemimpin perusahaan ini!"
Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita diatas adalah
Bahwa:
Jika kita menanamkan kejujuran, kita akan menuai kepercayaan.
Jikak kita menanam kebaikan, kita akan menuai sahabat-sahabat.
Jika Anda menanam kerendahan hati, Anda akan menuai kebesaran.
Jika Anda menanam ketekunan, Anda akan menuai kepuasan.
Jika Anda menanam pertimbangan, Anda akan menuai perspektif.
Jika Anda menanam kerja keras, Anda akan menuai kesuksesan.
Jika Anda menanam pengampunan, Anda akan menuai perdamaian.



Bekerja Keras dengan Ikhlas dan Cerdas
Oleh Jamaludin sholihin
Hidup di dunia hanya sekali. Karenanya, manusia harus menjadikannya hidup yang sekali itu bermakna di dunia dan bisa menjadi bekal di akhirat kelak. Hidup akan bermakna andai kita isi dengan kerja keras. Tanpa kerja keras tak mungkin kita sukses dan mampu mengemban amanat yang Allah bebankan kepada kita. Tidak ada kesuksesan dan kemuliaan bagi orang yang malas. Jangankan manusia, binatang pun harus bekerja keras untuk bisa eksis. Apa jadinya bila seekor singa malas berlari untuk memburu mangsanya, ia akan mati kelaparan. Apa jadinya pula bila seekor rusa malas berlari, tentu ia akan dimakan singa. Bahkan seekor nyamuk pun harus bertaruh nyawa untuk mendapatkan makanan. Betapa ranjau manusia siap menghancurkan tubuhnya ketika ia hendak menghisap darah. Cukupkah hanya dengan kerja keras? Ternyata tidak. Manusia tidak bisa mengandalkan otot dan fisiknya belaka. Ia harus memanfaatkan pula potensi pikirannya. Semakin cerdas dalam bekerja, maka akan maksimal pula hasil yang diraih. Rasulullah mengatakan bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati dan bekerja keras mempersiapkan bekal guna menghadapi kematian tersebut. Pesan Rasulullah di atas menggambarkan bahwa kerja keras kita harus dilandasi nilia-nilai moral. Tidak dikatakan cerdas seorang yang bekerja tapi curang ketika melakukannya. Tidak pula dikatakan cerdas bila seseorang bekerja tapi mengorbankan harga diri dan kemuliannya. Kerja keras dengan cerdas akan sempurna bila disertai keikhlasan. Dengan ikhlas, kerja akan semakin indah dijalani. Seorang yang ikhlas orientasinya tidak hanya sekadar duniawi, tapi juga menyentuh akhirat. Bila kita bekerja keras dengan otak cerdas dan dilandasi ikhlas, insya Allah banyak hal bisa kita raih. Tidak hanya materi, tapi juga amal kebaikan, ilmu, nama baik, dan saudara baru. Kerja yang hanya berorientasi dunia sangat rendah nilainya. Imam Ali mengatakan bahwa siapa yang bekerja karena perutnya belaka, maka derajatnya tidak jauh dari apa yang keluar dari perutnya tersebut.
Kehati-hatian dalam mengerjakan sesuatu dan kerja keras sangat perlu kita tanamkan. hal itu akan menentukan apa yang akan di tuai kemudian nanti. Bagi para siswa dalam mempersiapkan segala apa yang akan dikerjakan kedepan, perlu dengan kerja keras dengan mengedepankan kejujuran, juga keyakinan dan pengharapan besar. Barangkali dengan modal kerja keras dan keyakinan serta kejujuran yang dipaparkan di atas insya Allah akan menuai hasil yang maksimal dan menggembirakan. dan kita berharap semoga dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional nanti yang tinggal beberapa hari lagi,para siswa-siswi kita mendapatkan nilai yang terbaik sesuai dengan harapan bapak-bapak guru kita dan para siswa-siswi kelas akhir pada umumnya amin ya rabbal 'alamin




Antara Sulitnya Ujian Dan Manisnya Buah Keshalihan
Oleh: Jamaludin Sholihin
“Andai tiada medan perjuangan terhadap nafsu, niscaya takkan terealisir pendakian para penempuh jalan menuju Allah.” Wasiat indah ini diucapkan oleh ibnu Athaillah dalam Al-Hikam. Sebuah prestaasi tak pernah diperoleh tanpa kerja keras. Begitu pun keshalihan takka hadir tanpa mujahadah atau kesungguhan melawan hawa nafsu. Keshalihan dan berbagai berkahnya dalam hidup takkan mungkin dimiliki. kecuali kepada orang-orang yang telah benyak berkorban dalam melakukan amal-amal shaleh.
inilah mental yang harus dipersiapkan. Kekuatan mental, kekokohan jiwa yanga akan membawa kedisiplinan dan ketegasan, mutlak diperlukan dalam meniti tangga menjadi shalih. Al-Qur`anul Karim menyinggung hal ini dalam firman Allah SWT,
    •   •      •               •    

artinya, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah (2): 214)
Lembar-lembar para shalihin bukan hanya rentang hidup yang penuh keberkahan. Bukan hanya perjalanan indah karena tak pernah lepas dari naungan dan pertolongan Allah. Keberkahan dan kemenangan mereka semua diperoleh setelah mereka bertumpuk-tumpuk pengorbanan. Itulah yang dituliskan dalam ayat diatas yang menyebutkan perkataan Rasul dan kaum beriman, “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Lihat bagaimana catatan pengorbanan yang diberikan para sahabat dan salafusshalih. Ada Sumayyah seorang wanita yang menjadi syahidah pertama dalam perjuangan Islam. Ada Bilal yang disiksa karena keimanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada Zaid bin Haritsah, Ja`far bin Abdul Muthalib, Abdullah bin Rawahah yang menjadi syuhada Uhud. Khabbab bin Arats disalib dan disiksa sampai menemui ajalnya oleh orang-orang musyrik. Mush`ab bin Umir menemui syahidnya dengan bermandikan darah di perang Uhud mereka telah memiliki cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mengorbankan apa saja yang mereka miliki untuk jalan Allah. Tangga keshalihan hanya bisa dinaiki dengan perjuangan dan usaha yang kuat. Setiap orang akan berhadapan dengan doronga hawa nafsu yang berwatak senang malas-malasan, santai, menganggur, larut dalam syahwat, meski didalamnya terdapat jurang yang dapat mematikan, Rasulullah SAW kerap mengingatkan kita akan godaan dan tipu daya syaithan yang ada dalam aliran darah manusia. Syetan menggoda dan memberatkan siapapun yang akan melakukan amal shalih. Bayangkan bagaimana ujian yang dialami Rasulullah SAW saat ia melakukan qiyamullail hingga kedua kakinya bengkak. Ali bin Abu Thalib RA berkata tentang sahabat-sahabat Rasulullah. Katanya, “Demi Allah, aku melihat Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dan aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan mereka. Pada pagi hari, rambut mereka kusut, berdebu dan pucat, karena tidak tidur semalam suntuk untuk sujud dan berdiri shalat membaca kitabullah, dan beristirahat diantara kaki mereka dengan kening mereka. Jika mereka dzikir kepada Allah, mereka bergoyang sebagaimana pohon bergoyang ketika tertiup angina. Mata mereka bercucuran dengan air mata hingga pakaian mereka basah.” Umar bin Khaththab RA bahkan memarahi dirinnya karena dia ketinggalan shalat Ashar berjama`ah, kemudian bersedekah dengan tanahnya yang harganya kira-kira dua ratus dirham. Sementara puteranya, Abdullah bin Umar RA yang ketinggalan shalat berjama`ah, menghidupkan malamnya dengan ibadah. Pernah suatu hari ia menunda shalat maghrib hingga dua bintang terbit. Kemudian karena itu ia memerdekakan dua budaknya. Sampai-sampai Ali RA mengatakan, “Semoga Alah, merahmati orang-orang yang dikira mansuia sakit.” Itu tidak lain adalah pengaruh mujahadah mereka terhadap rintangan yang harus mereka lalui dalam melakukan amal-amal shalih. Tapi ingat, semua amal shalih itu pasti ada imbalannya. Buah amal itu yang paling sederhana adalah sesuatu yang memberi kita rasa manis dalam melakukan amal ibadah yang rutin kita lakukan. Rasa berselera dan rajin beramal sehingga seseorang menjadi asyik dengan beribadah. Sayyid Quthb membahasakan kondisi ini dengan ungkapan, “Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur`an tak bisa dirasakan kecuali orang yang langsung menjalaninya. Ketika seseorang telah merasakan lezat dan manisnya beramal shalih, maka ia akan memperbanyak amal lahir mupun amalan bathin. Disanalah ia akan semakin merasakan kelezatan dan kemanisan.

Coba simak kenikmatan dan kelezatan ibadah yang telah dimiliki oleh sahabat Rasulullah SAW Abu Darda RA. Ia mengatakan, “Tanpa tiga hal, aku tidak tertarik untuk hidup, meskipun sehari saja. Yaitu, haus (puasa) untuk Allah disiang yang panas, sujud untuk-Nya di pertengahan malam, dan duduk dengan orang-orang yang memiliki ucapan-ucapan yang bagus, sebagqaimana buah-buahan yang bagus dipilih.”

Buah amal shalih, pasti ada. Namun keberadaanya bisa hadir ketika seseorang ada didunia. Atau, bisa saja disimpan untuk kebahagiaan diakhirat. Ibnu Athaillah rahimahullah mengatakan, “Perolehan buah ketaatan yang disegerakan adalah berita gembira bagi orang-orang yang beramal bahwa akan ada balasan ketaatan yang ditunda (di akhirat). Apa artinya? Berharaplah terhadap rahmat Allah atas amal shalih yang dilakukan. Namun hendaknya tidak dengan menentukan waktu kapan dan bagaimana bentuk rahmat itu diturunkan Allah SWT. Logikanya seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Athaillah selanjutnya, “Bagaimana mungkin engkau meminta upah atas suatu amal padahal sebenarnya Dialah yang menyedekahkan amal tersebut kepadamu. . Bagaimana pula engkau meminta balasan atas suatu keikhlasan padahal sesungguhnya Allah yang mempersembahkan keikhlasan itu padamu?”

Surban dalam Sunnah Rasulullah saw

Surban dalam Sunnah Rasulullah Saw


Pendahuluan
Setiap orang dalam mengamalkan sesuatu pekerjaan tentunya ingin melakukannya yang terbaik dan segala apa yang ia kerjakan ingin dapat bermanfaat, selain bermanfaat untuk orang lain atau masyarakat umum, paling tidak bermanfaat untuk diri sendiri. Dalam Agama Islam dalam melakukan sesuatu pekerjaan seseorang yang sudah mukallaf tentunya bersandarkan qur'an dan sunnah rasul, bagaimanapun juga kedua referensi itu menjadikan sebuah tolok ukur dan pedomann dalam melakukan suatu amalan. Salah satu contoh dalam hal amalan yang menyangkut masalah-masalah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dalam kata lain tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw yang biasa kita sebut sunnah rasulullah Saw. Sebagian masyakat muslim menilai bahwa semua amalan-amalan/kebiasaan/tradisi (sunnah) yang dilakukan Rasulullah Saw mewakili suatu keputusan hukum, dengan kata lain bagi yang mengikutinya mendapatkan pahala dan yang tidak mengikutinya berarti tidak mngikuti sunnah rasul (tidak dapat pahala). Padahal seyogyanya tidak seperti itu. Menurut penulis bahwa tidak semua Sunnah Rasul mewakili suatu keputusan hukum. Bisa jadi karena adat pada zaman itu atau kebiasaan yang biasa dilakukannnya, salah satu contoh tentang pemakaian Surban.




Pembahasan

عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ (رواه مسلم)
Dari Ja'far bin Umaar bin Huraits dari bapaknya bahwasanya Rosulullah SAW berkhutbah dan di atasnya mengenakan surban berwarna hitam (H.R. Muslim)
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Bahwa pada waktu berpidato (khutbah), Nabi Saw juga memakai surban. Kesahihan hadis yang menerangkan bahwa Nabi Saw memakai surban secara umum tidak di persoalkan lagi.
Menurut para Ulama, hadis-hadis itu menunjukan bahwa memasuki makkah tanpa memakai pakaian ihram hukumnya boleh. Begitu juga memakai surban hitam hukumnya boleh,
عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ يَوْمَ الْفَتْحِ وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ (رواه الترمذى)
Dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata: Nabi SAW memasuki kota Makkah pada hari fathu Makkah dan beliau di atasnya mengenakan surban berwarna hitam (H.R. Tirmidzi)
Baik ketika berkhutbah maupun di luar khutbah. Bahkan berpakaian berwarna hitam sekalipun juga boleh. Hanya saja, pakaian warna putih tetap afdhal karena ada hadis shahih yang menyebutkan demikian masih banyak hadis-hadis yang menjelaskan tentang memakai surban di antaranya yang penulis tulis adalah:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اعْتَمَّ سَدَلَ عِمَامَتَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهِ (رواه الترمذى)

Dari Ibnu Umar berkata: ketika itu nabi Saw, jika memakai surban Ia menguraikan surbannya di antara dua pundaknya (H.R. Tirmidzi)

عَنْ جَابِرِ قاَلَ دَخَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الفَتْحِ وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ (رواه النسائى)

Dari Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rasulullah SAW telah memasuki kota Makkah pada waktu fathu Makkah dan di atasnya mengenakan surban berwarna hitam (H.R. An Nasa'i)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ قِطْرِيَّةٌ فَأَدْخَلَ يَدَهُ مِنْ تَحْتِ الْعِمَامَةِ فَمَسَحَ مُقَدَّمَ رَأْسِهِ وَلَمْ يَنْقُضْ الْعِمَامَةَ (رواه ابو داود)

Dari Anas bin Malik ia berkata: saya telah melihat Rasulullah SAW sedang berwudlu ia memakai surban Qatar Ia memasukan tangannya dibawah surban serta mendahulukan membasuh kepalanya dan tidak ketinggalan surbannya (H.R. Abu Daud)

عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِمَامَةً حَرْقَانِيَّةً (رواه النسائي)

Dari Ja'far bin Amri bin huraus dari bapaknya ia berkata: saya telah melihat Rosulullah SAW mengenakan surban harqaniyyah ( H.R.an- Nasa'i)

عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ عَلَى الْمِنْبَرِ وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ (ابن ماجه)

Dari Ja'far bin Amri bin huraus dari bapaknya ia berkata: saya telah melihat Rosulullah SAW berkhutbah di atas mimbar di atasnya beliau mengenakan surban berwarna hitam (H.R. Ibnu Majah)

عن اسامة بن عمير قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اعتموا تزدادوا حلما (رواه الطبرانى)

Dari Usamah bin Amir berkata: Rasulullah saw bersabda: bersurbanlah niscaya kamu akan menambah kebijaksanaan (H.R. At Tabrani)

عن اسامة بن عمير قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اعتموا تزدادوا حلما والعمائم تيجان العرب (رواه البيهقي)

Dari Usamah bin Amir berkata: Rasulullah saw bersabda: bersurbanlah niscaya kamu akan menambah kebijaksanaan dan surban itu adalah mahkota Arab (H.R. Al Baihaqi)
Berbicara masalah surban yang orang dalam pemakaiannya mengacu pada Nabi Saw, berarti kita tidak lepas bicara masalah hukum pemakaiaannya, yang mana hal ini telah berkembang di masyarakat. Yang menjadi permasalahannya adalah,
a. Apakah memakai surban merupakan suatu sunnah (aturan) Nabi Saw yang harus diikuti oleh semua umat Islam?
b. Atau mereka boleh memakai pakaian lain meskipun bukan surban, asalkan hal itu memenuhi ketentutan-ketentuan dalam berbusana secara Islami?
Dalam menyikapi hal di atas terdapat dua pemahaman, yaitu pemahaman secara tekstual dan kontekstual.
Bagi yang berfikir secara tekstual, apa yang berasal dari Nabi Saw harus diikuti. Artinya apabila Nabi memakai surban, maka ia juga harus memakai surban. Apabila ia tidak memakai surban, maka berarti ia (tidak mengikuti sunnah) aturan dan tatacara Nabi Saw.
Sedangkan yang berfikir secara kontekstual, mereka berpendapat bahwa surban itu pakaian dan budaya orang arab. Sementara pesan moral dibalik pemakaian surban yang dipakai Nabi Saw adalah kita diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat dengan syarat-syarat tertentu untuk itu, ditambah dengan pakaian tambahan sebagai hiasan kehormatan. Dan pakaian yang memenuhi kriteria ini tidak selamanya berbentuk surban. Ia cenderung berpariasi sesuai dengan adat dan budaya setempat. Maka peci atau kopiahpun sudah sesuai dengan pesan moral Nabi Saw dalam berpakaian, karena kopiah merupakan pakaian kehormatan untuk konteks daerah tertentu.
Namun di sini harus ada penegasan tentang pendapat bahwa sorban adalah pakaian dan budaya orang arab, masalahnya bila surban itu merupakaan pakaian dan budaya orang arab, khususnya orang arab pada masa Nabi Saw, tentunya orang-orang musyrikin arab juga berpakaian seperti itu.
Disamping itu ada hadis-hadis shahih yang menjelaskan bahwa Nabi Saw mengajari para sahabat tentang cara-cara memakai surban sesuai petunjuk beliau. Misalnya, ketika Nabi Saw mengutus Ali bin Abi Thalib untuk berdakwah ke haibar, beliau memakaikan surban hitam di kepala Ali dan mengucirkannya ke belakang.
Dalam pemakaian surban pada masa sekarang ini terjadi inflasi. Di satu sisi para tokoh ulama sudah tidak mau lagi memakai surbanm di sisi laqin banyak orang yang dinilai belum berhak memakai surban, mereka ramai-ramai memakainya. Lebih-lebih apabila bulan Ramadhan tiba, para penyanyi, para badut, para penari, para pejoget, para penabuh gendang, para pemusik, dan lain sebagainya, semuanya ramai-ramai membungkus kepalanya dengan surban ketika mereka beraksi di depan penonton.
Tampaknya mereka ingin mengikuti sunnah Nabi Saw dalam memakai surban, atau hanya sebatas mode untuk menyesuaikan diri pada bulan ramadhan. Apabila memakai surban itu dalam rangka mengikuti sunnah Nabi Saw, seyogyanya mengikuti sunnah itu tidak sepotong-potong. Memakai surban seyogyanya diikuti pula oleh sunnah-sunnah yang lain, misalnya berprilaku arif dan sebagainya.
Hendaknya tidak ada orang memakai surban, tetapi perilakunya tetap seperti preman dan bajingan. Betapa tidak, belakangan ini memang ada orang orang bersurban, jenggotnya panjang dan lebat, tetapi mereka membawa pentungan, memecah-mecah dan menghancurkan kaca-kaca dan sebagainya, hal ini bukan hanya menambah inflasi pemakaian surban, tetapi justeru memprihatinkan.
Dari beberapa penjelasan di atas penulis ambil kesimpulan dan berpendapat bahwa tdak ada perintah khusus dari Rosulullah tentang diharuskan memakai surban apalagi pernyataan bahwa memakai surban ketika sholat pahalanya sama dengan beramal kebajikan sepuluh ribu kali. sekalipun ada yang mengklaim tentang pemakaian surban adalah mengikuti sunnah rasul. Pada waktu itu orang musyrik juga mengenakan surban, jadi surban di sini sebagai adat atau kebiasaan pada waktu itu baik dilihat lingkungannya ataupun tradisi masyarakatnya. Kecuali dalam pemakaian surban tersebut untuk menghindari dari terurainya rambut kedahi ketika seseorang melakukan salat, maka pemakaian surban di sini merupakan sunnah (mendapat pahala). Dan itupun tidak mesti dengan menggunakan surban, pecipun boleh bahkan blangkon sekalipun, karena di samping adat juga melihat dari illat dalam pemakaian surban atau peci atau juga blangkon tersebut. Dan perlu diingat bahwa segala ungkapan Rasul tidak semuannya merupakan suatu perintah yang harus diikuti oleh ummatnya, dengan alasan bahwa perkataan Rasul atau amalan Rasul tidak semuanya dimaksudkan untuk menentukan sebagai ketetapan hukum. Seperti sebagian ulama fiqih katakan: Perbuatan Nabi Saw yang dilakukan sebagai kebiasaan yang biasa beliau lakukan, atau dilakukan oleh beliau dalam posisinya sebagai pemimpin Negara atau qadhi, dan bukan sebagai mufti dan penyampai pesan dari Allah
Karenanya, bagi mereka yang tidak memakai surban, silakan mereka memakai, busana tradisional mereka asalkan hal itu memenuhi kriteria tutup aurat dan busana islami. Dan bagi mereka yang suka memakai surban, juga silakan saja mereka memakainya asalkan juga dibarengi dengan perilaku yang islami. Dan dengan catatan itu tadi, tidak punya anggapan bahwa kalau mereka pada waktu shalat akan memperoleh pahala sepuluh ribu kali lipat atau yang seperti itu, karena hadis-hadis untuk hal ini hadisnya palsu.









REFERENSI

Prof. KH. Ali Mustafa Ya'cub, Hadis-hadis bermasalah. Pustaka firdaus, Jakarta. 2003.
DR. Yususf Qaradhawi, Al-QUR'AN dan AS-SUNNAH, referensi tertinggi ummat Islam. Robbani Press, Jakarta 1997
Abu Dawud Sualiman bin al Asy'ats as sajistaniy, Sunan Abi Dawud, jilid I. Dar al Fikr Bairut Libanon. 1994
DR. Ibrahim Anas dan Teman-temannya, al-Jami' as Saghir, cet I, Bairut Libanon, 2002
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah. Al Jami as Shahih- Sunan at Tirmidzi, jilid II, Dar al Fikr. Bairut Libanon 1988
Syarh al hafidz Jalaluddin as Susyuthi dan hasyiyatu al imam as sanadi, Sunan an Nasa'I, jilid IV, Dar al Fikr, Bairut Libanon, 1348
Al Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al Quzaini, Sunan ibnu Majah jilid II, Dar al Fikr Bairut Libanon, tt.







Surban Dalam Sunnah Rasulullah Saw
(Kajian Hadis Tematik)









Oleh:
Jamaludin







SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH (STAIDA)
JAKARTA
2007-2008
kesimpulan dari beberapa pernyataan dan hadis-hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, tidak semua sunnah Rasul mewakili suatu keputusan hukum. Bisa jadi karena adat pada zaman itu atau kebiasaan yang biasa dilakukannnya. Dan perlu diingat bahwa segala ungkapan Rasul tidak semuannya merupakan suatu perintah yang harus diikuti oleh ummatnya, dengan alasan bahwa perkataan Rasul atau amalan Rasul tidak semuanya dimaksudkan untuk menentukan sebagai ketetapan hukum. Seperti sebagian ulama fiqih katakan: Perbuatan Nabi Saw yang dilakukan sebagai kebiasaan yang biasa beliau lakukan, atau dilakukan oleh beliau dalam posisinya sebagai pemimpin Negara atau qadhi, dan bukan sebagai mufti dan penyampai pesan dari Allah (demikian Yusuf Qaradlawi mengatakan dalam bukumya, "al-qur'an dan as-sunnah, referensi tertinggi ummat Islam". Jadi dalam hal ini memakai surban atau tidak memakai surban dalam shalat bukan suatu keputusan hukum yang bagi memakainya akan mendapatkan pahala dan bagi yang tidak memakainya tidak mendapatkan pahala. Karena hal tersebut merupakan adat (kebiasaan pada zamannya) Allahu a'lam